Jumat, 26 Februari 2010

      

Tips Mengatasi Bau Mulut

Duh, betapa tidak enaknya berbicara dengan seseorang yang bernafas bau. Tanpa disadari kita akan mengambil jarak, menutup hidung dengan tangan, atau bahkan meninggalkan pembicaraan.

Ingin kita memberitahu pada lawan bicara bahwa nafas mereka berbau tidak enak. Sayangnya seringkali kita tak sampai hati untuk menyampaikannya. Namun apabila kita sendiri yang mengalami gangguan nafas bau, kita akan merasa tidak enak dan malu. Padahal gangguan semacam ini tidak terlalu sulit untuk diatasi.

Bau mulut biasanya disebabkan oleh menumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi yang mengundang berkumpulnya bakteri dan mengakibatkan pengasaman pada mulut. Bau mulut ini disebabkan karena kita kurang menjaga kebersihan mulut.

Tanda-tanda secara fisik dapat dilihat dari adanya lapisan putih pada lidah atau gusi. Bau mulut juga dapat disebabkan oleh adanya nanah akibat infeksi gusi dan gigi. Ada juga bau mulut yang disebabkan oleh makanan tertentu, seperti, bawang merah dan bawang putih yang mengandung sejenis minyak yang dapat menyusup ke dalam aliran darah dan terbawa sampai ke paru-paru.

Yang agak parah adalah bau mulut yang disebabkan oleh penyakit serius, seperti sinusitis, penyakit paru, diabetes mellitus yang tidak terkontrol,
gangguan pencernaan, kesulitan buang air besar (konstipasi). Bau mulut ini memerlukan penanganan lebih lanjut oleh seorang dokter. Sedangkan untuk menangani bau mulut yang disebabkan kurangnya perawatan rongga mulut dapat dilakukan dengan beberapa tips berikut.

1. Biasakan menyikat gigi
Hindari bau mulut dengan membiasakan diri menyikat gigi, baik dengan atau tanpa pasta gigi setiap kali habis makan. Ini membuat sisa-sisa makanan yang sangat disukai bakteri akan hilang. Bersihkan sela-sela gigi, gusi, dan lidah anda dengan teliti. Bersihkan tumpukan kotoran yang mengeras dari
pinggir-pinggiran gusi.

2. Kumur-kumur atau gosok permukaan lidah
Berkumur-kumur sehabis makan untuk membilas sisa-sisa makanan. Anda bisa menggunakan cairan antiseptik pencuci mulut untuk mengurangi bau mulut. Atau, secara sederhana anda dapat menggosok permukaan lidah anda secara perlahan untuk menghilangkan air liur yang menumpuk di situ.

3. Minum air putih banyak-banyak
Minumlah air putih banyak-banyak untuk mencegah air liur anda menumpuk di lidah dan tenggorokan. Ini akan mencegah bakteri berkumpul dalam rongga mulut anda.

4. Rawat gigi anda yang berlubang
Tips di atas mungkin bisa mengurangi bau mulut, tetapi tidak secara langsung mengatasi penyebabnya. Untuk itu anda harus mencari penyebab bau mulut dan berkonsultasi dengan dokter gigi anda. Rawatlah gigi anda yang rusak. Tamballah lubang gigi anda. Bila perlu tutuplah sela-sela gigi yang bisa menjadi tempat sisa makanan menumpuk.

5. Obati infeksi gusi dan gigi.
Segera obati gusi anda yang luka sebelum menjadi infeksi yang parah. Bila perlu cabut gigi anda yang bermasalah. Yang paling baik memang menyingkirkan sumber masalah bau mulut anda. Namun demi hasil yang baik, anda harus meminta jasa perawatan dari ahlinya, yaitu dokter gigi.

6.Cegahlah konstipasi
Salah satu penyebab bau mulut adalah gangguan pencernaan yang menyebabkan sulit buang air besar, atau biasa disebut konstipasi. Untuk mengatasi konstipasi, banyak-banyaklah makan makanan yang berserat, air putih dan olahraga yang teratur.

Di sadur dari M-List

Sumber : Tombo Ati Online

Kamis, 25 Februari 2010

Hawa Nafsu VS Ibadah

Rata PenuhSiapakah yang mengeluarkan seruan kepada mereka untuk berjihad? Bukankah dengan Kitabullah (AL-Qur’an) dan peran Rasulullah saw. sang penunjuk jalan?

Ibadah

Sesungguhnya orang yang menjadikan hidupnya hanya untuk memenuhi nafsu syahwatnya bukanlah seorang hamba Allahyang hakiki, tetapi dia hanyalah seorang hamba nafsu syahwatnya. Allah SWT telah berfirman :

“Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang baik”. (Al-’Ankabut :69)

Maksudnya, orang-orang yang berusaha untuk mengetahui dan memahami, niscaya Allah akan memahamkannya.

Orang-orang yang menginginkan pemahaman terhadapa agama, niscaya Allah akan memberikan kepahaman kepada mereka. Orang-orang yang menginginkan berjumpa dengan Allah pada hari kiamat, niscaya Allah akan menjadikan mereka sebagai hamba pilihan-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam hadits Qudsi :

“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka dia telah berani untuk mengumumkan perang dengan-Ku. Tidaklan seorang hamba-Ku, bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan amal ibadah yang lebih Aku cintai selain daripada yang Aku wajibkan kepadanya. Selagi hamba-Ku itu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, niscaya Aku akan menjadi pendengaran yang dia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, dan menjadi kaki yang dia berjalan dengannya. Kalau ia meminta kepada-Ku, Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari)

Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan hadits ini, beliau berkata, “Hadits ini membagi unat manusia menjadi dua bagian, yaitu : Sabiqun bil Khairat, orang yang lebih dahulu berbuatkebaikan (orang yang amal kebaikannya sangat banyak dan amal kejelekannya amat sedikit) dan Muqtashid, orang yang pertengahan (orang yang seimbang antara amal kebaikan dengan amal kejelekannya). Sementara Zhalimu li Nafsih, orang yang berbuat aniaya kepada dirinya sendiri, dia telah melalikan dan tidak peduli dengan dirinya.”

Allah SWT berfirman :

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamb Kami. Lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (Fathir [35] : 32).

Orang yang berbuat aniaya kepada dirinya sendiri akan tetap menjadi seorang muslim dalam

Nafsu

komunitas kaum muslimin. Meskipun dia melakukan dosa-dosa besar dan berbuat kemaksiatan. Hal itu tidak akan mengeluarkannya dari agama Islam, kecuali pemahaman kaum Khawarij.

Orang yang pertengahan adalah orang yang hanya melakukan ibadah-ibadah wajin dan menjauhi dosa-dosa besar. Akan tetapi dia meninggalkan ibadah-ibadah sunnah serta melakukan perkara-perkara yang makruh.

Sedangkan orang yang lebih dahulu melakukan kebaikan–kita memohon kepada Allah, semoga dengan keutamaan-nya, kita termasuk dalam golongan ini–adalah orang yang melakukan ibadah-ibadah wajib, sunnah dan ibadah yang dianjurkan serta meninggalakn dosa-dosa besar. Menjauhi perkara-perkara yang terlarang dan yang mekruh. Allah SWT berfirman :

“Demikian karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yng besar”. (Al-Jumu’ah : 4)

http://syariah01.wordpress.com/

Puasa Latihan Menundukkan dan Menguasai Hawa Nafsu ARTIKEL, Psikologi - 27 Aug 2009

Diantara hikmah puasa adalah latihan menundukkan dan menguasai hawa nafsu sehingga benar-benar tunduh dan patuh untuk dikendalikan dan diarahkan menuju kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan. Karena pada dasarnya nafsu selalu mengajak kepada keburukan kecuali yang dirahmati Allah.

Isteri Al-Aziz yang menggoda Nabi Yusuf –Alaihis Salam berkata (sebagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa ini adalah ucapan Nabi Yusuf –Alaihis Salam) : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53).

Apabila nafsu dilepaskan dan tidak dikendalikan pasti akan menjerumuskan seseorang ke dalam kehinaan, kebinasaan dan kesengsaraan. Namun, apabila dikendalikan dan ditundukkan pasti seseorang akan mampu membawanya menuju derajat dan kedudukan yang tinggi lagi mulia.

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).”/i] (QS. An-Naazi’aat: 37-41).

[i]“dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (kacau dan sia-sia).” (QS. Al-Kahfi: 28).

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib –Radhiallahu ‘Anhu mengatakan: “Medan pertama yang harus kamu hadapi adalah nafsumu sendiri. Jika kamu menang atasnya maka terhadap yang lainnya kamu lebih menang. Dan jika kamu kalah dengannya maka terhadap yang lainnya kamu lebih kalah. Karena itu, cobalah kamu berjuang melawannya dahulu.”

Seseorang meminta nasehat kepada orang saleh: “Berilah aku nasehat”. Orang saleh tersebut menjawab: “Nafsumu! Jika kamu tidak menyibukkannya dengan yang positif pasti dia akan menyibukkan kamu dengan yang negatif.”

[www.hatibening.com]

Mengendalikan HAWA NAFSU jauhi SYIRIK

Manusia hidup di muka bumi ini bukan tanpa alasan. Tidak lain adalah untuk menetapi tujuan penciptaannya yaitu IBADAH kepada 4JJI. Dalam menetapi tujuan tersebut, harus dilaksanakan sesuai program yang telah Alloh berikan, yaitu aturan Al-Qur'an & Al-Hadits. Keduanya harus dilaksanakan secara kaafah (menyeluruh), tidak setengah-setengah. Dalam pelaksanaannya, kita harus paham dan berhati-hati betul agar tidak keliru dalam memahami ayat demi ayat atau potongan hadits yang ada di dalamnya. Semua itu dalam rangka mencapai kesempurnaan keimanan.

Dalam keimanan yang sempurna, manusia akan bisa memilah-milih mana kepahaman yang sesuai aturan, dan mana yang menyimpang. Salah satunya:

“walaupun melanggar yang penting tidak syirik, nanti tidak kekal di neraka”

Ini adalah kefahaman yang salah kuadrat. Kefahaman ini berawal dari dalil “Fayuqoolu lii: intholiq! Faman kana fi qolbihi adna adna adna min mitsqoli habbatin min khordalin min iimanin faakhrijhu minannaar. Faantholiqu faaf’alu. Rowahu Muslim.” : Ahli tauhid yang keimanannya sekecil apapun nantinya akan mendapat rohmat dari 4JJI, yaitu dikeluarkan dari api neraka yang berkobar-kobar.

Dalil ini walaupun isinya kabar gembira tetapi berbahaya, jika tidak dipahami dan disimpulkan secara hati-hati dan benar. Berbahaya karena bisa menimbulkan ketidakseimbangan dalam me-manage rasa roja’ dan khouf dalam hati seseorang.

ROJA’ : harapan, apa2 yang menimbulkan rasa berharap terhadap rohmatnya 4JJI.
“Man yuthi’illaha warosulahu yudkhilhu jannah” memotivasi kita untuk tho’at agar masuk surga.
KHOUF : khawatir, apa2 yang menimbulkan rasa takut terhadap siksanya 4JJI.
“Man ya’shillaha warosulahu yudkhilhu naaro” memotivasi kita untuk menghindari tidak tho’at agar tidak masuk neraka.

Menimbulkan keputusasaan dan rasa al amnu min makrillah (yang penting tidak syirik nanti tidak langgeng di neraka – rasa aman dari siksa 4JJI), padahal "min akbaril kabaa’ir al amnu min makrillah". Karena dalam perintah yang lain Allah mewajibkan kita untuk takut pada 4JJI, takut pada neraka, "wattaqunnaaro walau bisyiqqi tamro, wattaqunnaarollati waquuduhannaasu wal hijaroh". Jika kemudian dientengkan “yang penting tidak langgeng” jelas itu adalah kesalahan.

Pengertian yang sesungguhnya bagaimana?

Berawal dari hadist: “Yaa mu’adz, atadri maa haqqullohu ‘alal ‘ibaad? Wa maa haqqul ‘ibaadi ‘alalloh? Qultu: Allahu warosuuluhu a’lam. Qoola: haqqulloha ‘alal ‘ibaad* an ya’buduuhu wala yusyriku bihi syai’a. Wa haqqul ‘ibaadi ‘alalloh an la yu’adziba man la yusyriku bihi syai’a. Faqultu: yaa rosuulallah, afala ubasyirunnaas? Qoola: la tubasyirhum fa yattaqiilu. Akhrojahu bukhori wa muslim.”
*Ibaad = orang yang mengHAMBAkan diri kepada 4JJI = orang yang berIBADAH pada 4JJI.
Pengertiannya: tuntutan hamba kepada 4JJI adalah bahwa orang yang sudah beribadah kepada 4JJI, kemudian tidak syirik pada 4JJI, maka diminta untuk tidak disiksa di neraka.

Lagipula, tuntutan ini juga bukan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh 4JJI, karena salah satu sifat Allah tidak bisa dituntut oleh siapa2, “la yujiibu li ahadun” 4JJI tidak bisa diwajibkan oleh orang lain.

Lantas bagaimana? Ini adalah tafadhulullohu ‘ala ‘ibaadihi, merupakan keutamaan 4JJI yang diberikan kepada hambaNya, bahwa orang yang sudah melaksanakan kewajiban beribadah, bila tidak syirik, nanti dia akan masuk surga.

Tidak syirik itu bagaimana?

“Wa ma’nalhadits: annallaha la yu’adzibu man la yusyriku bihi syai’a, wa annal ma’shiyah takuunu maghfurotan bitahiqqiittauhid. Wa nahyu sholallohu ‘alaihi wasallam an ikhbarihinn li an la ya’tamidu ‘ala haadzihil buysro duuna takhidzii mukhtadzooha, li anna tahiqqottauhdid yastajzimujtinaabal ma’ashi, li annal ma’ashiya shodirotun ‘anil hawa wa hadza nau’un minasyirk. Qoolallohu ta’ala: afaro’aita manittakhodza ilaahahu hawa, wa adhollallohu ‘ala ‘ilmin, wakhotama ‘alassam’i wa qolbi wa ja’ala ‘ala bashori ghisyaawah yahdihi min ba’dillah. Afala tadzakaruun?”

Pengertiannya adalah seseorang akan diselamatkan dari neraka kalau memang ia di dalam hidupnya semaksimal mungkin bisa menetapi kemurnian, termasuk tidak mengikuti hawa nafsunya.

Tidak hanya di situ saja, juga harus memenuhi syarat ibadah:
1. Ikhlashun lillah. Murni karena 4JJI, termsuk terbebas dari riya’, sum’ah, ‘ujub.
2. Muttaba’urrosul. Sesuai dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits.

KESIMPULAN

• Seseorang tetap harus beribadah secara benar,
• Syaratnya: hatinya karena 4JJI, bentuk ibadahnya harus sesuai yang dicontohkan oleh rosuululloh,
• Setelah semuanya dipenuhi, maka berlakulah haqNya 4JJI tidak akan menyiksa hamba yang tidak syirik (tidak melanggar, tidak mengikuti hawa nafsunya),
• Sehingga walau sekecil apapun iman yang ada di dalam hatinya, nantinya masih dibebaskan oleh 4JJI dari siksa neraka.

N/B : Di ambil dari blog seseorang tanpa nama yang mengilhami saya agar berbagi kepada kawan-kawan semua, dan semoga para penulis itu di berikan pahala yang melimpah dari Allah karena mau berbagi pengetahuan amiiiiiiiiiii....