Senin, 26 Januari 2009

Tips-tips mengatasi marah

Amarah, dapat disebabkan oleh banyak hal. Entah karena disebabkan oleh pihak luar, misalnya rekan kerja kita wanprestasi, dikhianati, dicurangi, dll. Sebab lain adalah masalah internal diri kita, yang tergolong sumbu pendek.

Apapun penyebabnya, rasa amarah itu bisa dikendalikan, seperti yang disarankan Retty, yaitu berdoa memohon pada Allah.

Mungkin aku kurang mampu menjalankan tips dari Retty, karena aku masuk kategori orang yang kurang saleh atau taat beribadah. Menurut kawan-kawan tempo doeloe, aku ini tergolong sumbu pendek alias cepat marah. Karena itu aku mau bagikan tips bagaimana mengatasi rasa marah, berdasar pengalaman :

  1. Perlu pengenalan diri yang mendalam. Kalau Anda berkarakter mudah marah, terima itu sebagai kenyataan, jangan ditolak.
  2. Begitu juga sebaliknya, bila Anda tidak mudah marah, perlu dipertanyakan : apakah benar Anda bukan seorang pemarah ataukah orang yang suka merepresi emosi itu ke alam bawah sadar? Orang yang diam belum orang yang sabar dan bijak, bisa jadi dia melakukan represi kemarahannya ke dalam alam bawah sadar. Ini malah lebih berbahaya, karena ketika saatnya maka akan meledak tak terkendali.
  3. Setelah tahu tipe Anda, maka kenalikah pada situasi atau kondisi apa yang membuat Anda menjadi marah - baik itu terekspresikan maupun dipendam. Misalnya: mudah marah bila anak-anak merengek-rengek saat Anda pulang kerja dalam kondisi lelah
  4. Kalau sudah tahu kebiasaan marah Anda, maka akan bisa cari solusinya. Misalnya merubah situasinya agar lebih baik. Atau menghindari lingkungan yang bikin kita marah.

Misalnya contoh di atas (Anda dengan anak-anak yang merengek-rengek), maka saranku ada 2 hal yang bisa dilakukan :

Pertama, bagaimana pulang kerja tidak lelah? Mungkin bisa jalan-jalan sebentar, sebelum pulang. Katakanlah mencari sesuatu (makanan kecil) untuk anak-anak di rumah. Dengan demikian Anda pulang dengan hati riang (walau lelah) karena akan membawa oleh-oleh.

Cara kedua, adalah mengubah paradigma yang bercokol di kepala. Mungkin tadinya Anda berpikir: "anak-anak ini merepotkan saja, tidakkah mereka mengerti, bahwa aku sudah lelah bekerja demi mereka, kenapa harus direpotkan dengan hal sepele". Nah, rubahlah cara pikirnya. Ketika Anda keluar dari kantor, tanamkan di kepala dengan sudut pandang anak-anak, "Ah, anak-anak seharian tidak bertemu aku, pasti akan banyak cerita dari mereka. Aku ingin tahu apa saja yang terjadi pada mereka hari ini."

Ada juga teknik lain, yaitu mengintervensi pada tubuh kita. Yang biasa kuterapkan :

  1. Tarik napas panjang-panjang.
  2. Fokuskan pikiran pada pernapasan, jangan pada masalahnya.
  3. Usap-usaplah hidung Anda, seolah-olah sedang pilek atau sedang membersihkan kotoran di hidung.

Cara setiap orang pasti berbeda. Caraku di atas boleh dicoba. Kalau berhasil, syukurlah. Tapi kalau kurang berhasil, coba cari cara lain. Akal kita selalu panjang, sayang bila disia-siakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar